Himpunan Mahasiswa Jurusan Komunikasi Penyiaran Islam (KPI) Sekolah Tinggi Agama Islam Persatuan Islam Bandung

27 Mei 2009

Cara Mudah Menulis Berita

Oleh: Kang Romel (http://romeltea.wordpress.com/2008/12/27/cara-mudah-menulis-berita-dan-artikel/)

TAHUN baru hijriyah, 1 Muharam 1430 H/29 Desember 2008, akan saya “rayakan” di Kampus STAI Persis (Sekolah Tinggi Agama Islam Persatuan Islam) Bandung dengan mengisi acara pelatihan jurnalistik, digelar HMJ Komunikasi Penyiaran Islam (KPI), Ahad (28/12).

Saya selalu antusias menjadi pemateri di acara pelatihan seperti itu, apalagi pesertanya adalah kader-kader dakwah. Selama ini, saya lihat, manajamen dakwah kurang memperhatikan alat, metode, atau kaifiyah; hanya menekankan isi atau penguasaan materi. Padahal, penguasaan materi dakwah (risalah Islam) harus ditunjang oleh teknik penyampaiannya.


TAHUN baru hijriyah, 1 Muharam 1430 H/29 Desember 2008, akan saya “rayakan” di Kampus STAI Persis (Sekolah Tinggi Agama Islam Persatuan Islam) Bandung dengan mengisi acara pelatihan jurnalistik, digelar HMJ Komunikasi Penyiaran Islam (KPI), Ahad (28/12).

Saya selalu antusias menjadi pemateri di acara pelatihan seperti itu, apalagi pesertanya adalah kader-kader dakwah. Selama ini, saya lihat, manajamen dakwah kurang memperhatikan alat, metode, atau kaifiyah; hanya menekankan isi atau penguasaan materi. Padahal, penguasaan materi dakwah (risalah Islam) harus ditunjang oleh teknik penyampaiannya.

Dalam komunikasi, menurut para ahli, bukan semata-mata soal apa yang disampaikan, tapi juga bagaimana cara menyampaikannya; bukan hanya soal apa yang dibicarakan (what), tapi juga bagaimana cara membicarakannya (how). Sekadar contoh, banyak khotib kurang memperhatikan how dalam khotbahnya, misalnya terlalu lama dan panjang lebar, gak fokus, sehingga what-nya pun tidak dimengerti jamaah Jumat. Pesan dakwah pun lenyap begitu saja, mungkin ditelan kantuk dan “kesal” jamaah.

Tidak sedikit orang pinter merasa bingung, bagaimana harus menyampaikan aa yang diketahuinya kepada orang lain. Banyak ahli ilmu, tidak bisa menyebarkan ilmunya, hanya karena tidak bisa menulis atau berbicara di depan umum.

Eh… jadi ngelantur. Di STAIPI itu saya dipercaya panitia untuk menyampaikan materi penulisan berita koran dan artikel. Panitia minta ada simulasi. Ya, pasti atuh, namanya pelatihan kudu aya praktiknya.

Di sini saya akan sharing ringkasan materi yang akan saya sampaikan dalam pelatihan tersebut, versi ringkasan atau versi “cara cepat menulis berita dan artikel”.

Menulis Berita

Berita adalah laporan peristiwa terbaru. Peristiwa lama bukan lagi berita, paling-paling jadi berita basi. Peristiwa yang dilaporkan itulah berita. Berita harus selalu mengandung hal baru. Sebagaimana akar kata berita (news), yakni “new” (baru).

Laporan itu berisi 5W+1H, enam unsur yang wajib ada dalam sebuah berita, yakni apa yang terjadi (what, apa), apa penyebabnya atau kenapa terjadi (why, kenapa), kapan kejadiannya (when), di mana (where), siapa yang terlibat dalam kejadian itu atau siapa aktornya (who), dan bagaimana kejadiannya (how).

Jadi, sebelum dituliskan, kumpukan dulu data-data tersebut (penuhi unsur 5W+1H), cek dan ricek, tabayun, yakinkah semuanya benar dan akurat. Setelah itu, mulailah menulis berita.

Fakta dan data yang sudah dihimpun dituliskan berdasarkan rumus 5W+1H dengan menggunakan Bahasa Jurnalistik –spesifik= hemat kata, kalimatnya pendek-pendek, baku, dan sederhana; dan komunikatif = jelas, langsung ke pokok masalah (straight to the point), mudah dipahami orang awam.

Komposisi naskah berita terdiri atas Head (Judul), Date Line (Baris Tanggal), yaitu nama tempat berangsungnya peristiwa atau tempat berita dibuat, plus nama media Anda, Lead (Teras) atau paragraf pertama yang berisi bagian paling penting atau hal yang paling menarik, dan Body (Isi) berupa uraian penjelasan dari yang sudah tertuang di Lead.

Berita diawali oleh judul. Judul berita harus ringkas, menggambarkan isi, tapi berupa kalimat lengkap. Minimal terdiri dari subjek dan predikat, mubtada dan khobar. Contoh, STAIPI Gelar Pelatihan Jurnalistik. STAIPI = Subjek. Gelar = Predikat. Pelatihan Jurnalistik = Objek. Salah kalau judulnya begini: Pelatihan Jurnalistik STAIPI. Itu baru subjek saja; cuma mubtada, khobarnya belum ada. Mestinya, Pelatihan Jurnalistik STAIPI Meriah (atau ‘Garing’? Seru? Heboh? Rusuh?). Baiknya yang tadi itu, STAIPI Gelar Pelatihan Jurnalistik.

Judul panjang belum tentu benar. Misal, Seminar Pendidikan Nasional di UPI. Itu belum lengkap; baru subjek. Kenapa dengan Seminar Pendidikan Nasional di UPI? Heboh? Sepi? Rusuh?

Setelah itu, menulis lead atau teras berita, yakni paragraf atau alinea pertama. Rumus termudah dalam menulis kata atau kalimat awal, ikuti salah satu formula ini:

1. Who does what, siapa melalukan apa;

2. Who says what, Siapa mengatakan apa; atau

3. What does what, apa melakukan apa.

Setelah itu, teruskan dengan menuliskan unsur di mana (where), kapan (when), mengapa (why), dan bagaimana (how). Tuangkan semuanya, secara ringkas, dalam teras berita. Isi berita, body, merupakan penjelasan atau perincian dari teras berita.

Contoh: Who Does What

PAN DIY Usung Amien Rais Capres 2009

Partai Amanat Nasional (PAN) DI Yogyakarta mencalonkan mantan Ketua Umum DPP PAN Amien Rais sebagai calon presiden pada Pemilu Presiden 2009. Hal itu ditegaskan pada acara Orientasi Pemenangan Pemilu dan Deklarasi Amien Rais sebagai Capres PAN 2009, Sabtu (27/12), di Yogyakarta.

Ketua DPW PAN DIY Immawan Wahyudi mengatakan, pencapresan Amien Rais tidak hanya didukung DPW DIY dan DPD PAN se-DIY, tetapi juga aspirasi keluarga besar PAN DIY, seperti Barisan Muda Penegak Amanat Nasional. Alangkah naifnya kalau yang punya bapak reformasi justru tidak mengangkat beliau sebagai capres,” ujar Immawan.

Atas pencalonanya itu, Amien Rais menyatakan bersedia, tetapi meminta pendukungnya di PAN realistis melihat situasi politik nasional. “Saya terima dukungan itu. Cuma Anda harus tahu bahwa jalannya memang masih panjang. Bisakah kita mengumpulkan 20 persen kursi di DPR, dan 25 persen suara dari jumlah pemilih, kira-kira kok kita belum nyampai,” ungkap Amien Rais, yang kini menjabat Ketua Majelis Pertimbangan Partai PAN. (www.kompas.co.id).*

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Ooy Barudax!! Kirim Kritik and Sarannya!!! demi kemajuan KPI!!!