Himpunan Mahasiswa Jurusan Komunikasi Penyiaran Islam (KPI) Sekolah Tinggi Agama Islam Persatuan Islam Bandung

09 Juli 2007

Menjadi ‘Great Public Speaker’

Oleh ASM. ROMLI

(Makalah untuk disampaikan pada acara “Workshop: Menjadi Pembicara Hebat” yang diselenggarakan Mahasiswa Politeknik Negeri Bandung [Polban], 14 Juli 2007)
PUBLIK Speaker adalah orang yang melakukan Public Speaking (PS), yakni berbicara di depan umum, utamanya ceramah atau pidato.

Secara luas, PS mencakup semua aktivitas berbicara (komunikasi lisan) di depan orang banyak, termasuk dalam rapat, membawakan acara (jadi MC), presentasi, diskusi, briefing, atau mengajar di kelas.

Presenter TV dan penyair radio termasuk melakukan PS dilihat dari sisi jumlah audience yang banyak (publik), meskipun tidak face to face.

Menjadi “Great Public Speaker” dapat dilakukan dengan dua cara, yakni:1. Practice –Latihan pidato di depan kawan-kawan, keluarga, bahkan anjing/kucing, atau siapa saja yang bisa mendengarkan; di depan cermin; menggunakan recorder.2. Building Skill –membangun keterampilan PS dengan memahami teknik PS, meliputi persiapan dan penyampaian.

PERSIAPAN
Persiapan Mental
  1. Rileks! Atasi gugup dengan menarik nafas panjang/dalam; menggerakan badan; berdiri tegak layaknya tentara berbaris dengan bahu dan dada yang tegap, lalu tersenyumlah!
  2. Know the room! Jadikan seakan-akan ia kamar Anda sendiri.
  3. Know the audience! Kenali karakteristik dan pandang mereka sebagai teman akrab.
  4. Know your material! Anggaplah Anda yang paling tahu.

Persiapan Fisik
  1. Pastikan kondisi badan dan suara fit, segar, dan normal
  2. Kenakan pakaian yang serasi dengan susana acara.
  3. Jangan memakan keju, mentega, atau minum susu, soda, teh, kopi, sekurang-kurangnya sejam sebelum tampil.
  4. Jabatlah tangan Anda agar darah mengalir — membuat gerakan tangan Anda lebih alami saat berbicara di podium.
  5. Jaga agar mulut dan tenggorokan Anda tetap basah. Siapkan selalu air mineral.

Persiapan Materi
  1. Baca literatur dan cari sumber data sebanyak mungkin. Semakin banyak pengetahuan dan wawasan, Anda pun kian percaya diri.
  2. Susun pointer atau outline.
  3. Anda punya empat pilihan penguasaan materi: Membaca naskah (Reading from complete text), menggunakan catatan (Using notes) berupa garis besar materi (outline) –ini cara terbaik, menggunakan hapalan (memory) –pilihan terburuk karena komunikasi dengan audience berkurang, terutama soal kontak mata; dan menggunakan alat bantu visual sebagai catatan (Using Visual Aids as Notes).
PEMBUKAAN
  1. Start Low and Slow
  2. Don’t apologize.
  3. Teknik pembuka a.l. langsung menyebut pokok persoalan yang akan dibicarakan; mengajukan pertanyaan provokatif, menyatakan kutipan — teori, ungkapan, peristiwa, atau pepatah.
PENYAMPAIAN1. Teknik pemaparan: deduktif – gagasan utama ke perincian; “teori” ke empiris; induktif – kasus ke kesimpulan; empiris ke “teori”; kronologis – Urutan peristiwa.2. Audible –bicaralah agak keras agar cukup terdengar (Audible)3. Clarity — ucapkan setiap kata dengan jelas (Clarity).4. Gunakan kata berona (colorfull word) – yang melukiskan sikap, perasaan, keadaan. Misalnya, kata “terisak-isak” lebih berona daripada kata “menangis”; kata “matanya berbinar-binar” -> bergembira, dll.5. Kalimat aktif (action words) lebih dinamis daripada kalimat pasif.
PENUTUP1. Langsung tutup, ucapkan salam, jika materi pembicaraan sudah disampaikan atau waktu sudah habis.2. Teknik penutup: menyimpulkan, menyatakan kembali gagasan utama dengan kalimat berbeda, mendorong audience untuk bertindak (Appeal for Action), kutipan sajak, kitab suci, pribahasa, atau ucapan ahli, memuji khalayak, dll.
ELEMEN PUBLIC SPEAKINGTeknik Vokal1. Intonasi (intonation) –nada suara, irama bicara, atau alunan nada dalam melafalkan kata-kata.2. Aksentuasi (accentuation) atau logat, dialek. Lakukan stressing pada kata-kata tertentu yang dianggap penting.3. Kecepatan (speed). Jangan bicara terlalu cepat.4. Artikulasi (articulation), yaitu kejelasan pengucapan kata-kata; pelafalan kata (pronounciation).5. Infleksi – lagu kalimat, perubahan nada suara; hindari pengucapan yang sama bagi setiap kata. Infleksi naik (go up) menunjukkan adanya lanjutan, menurun (go down) tunjukkan akhir kalimat.
Eye Contact1. Pandang audience; sapukan pandangan ke seluruh audience.2. Pandang tepat pada matanya!
Gesture1. Alami, spontan, wajar, tidak dibuat-buat.2. Penuh, tidak sepotong-sepotong, tidak ragu.3. Sesuai dengan kata-kata.4. Gunakan untuk penekanan pada poin penting,5. Jangan berlebihan. Less is more!6. The most important gesture: to SMILE!7. Gerakan tubuh meliputi: ekspresi wajah, gerakan tangan, lengan, bahu, mulut atau bibir, gerakan hidung, kepala, badan, kaki.8. Setiap gerakan mengandung tiga bagian: Pendekatan (The Approach) – Tubuh siap untuk bergerak; Gerakan (The Stroke) – gerakan tubuh itu sendiri; dan Kembali (The Return) – kembali ke posisi semula atau keadaan normal.9. Variatif, jangan monoton. Misalnya terus-menerus mengepalkan jari tangan di atas.10. Jangan melalukan gerakan tubuh yang tidak bermakna atau tidak mendukung pembicaraan seperti: memegang kerah baju, mempermainkan mike, meremas-remas jari, dan menggaruk-garuk kepala.11. Makin besar jumlah hadirin, kian besar dan lambat gerakan tubuh yang kita lakukan. Jika kita berbicara di depan hadirin dalam jumlah kecil, atau di videoconferencing, atau di televisi, lakukan gerakan tubuh alakadarnya (smaller gestures).
Humor1. Bumbu Public Speaking.2. Use Natural Humor! Don’t try to be a stand up comedian!3. Gunakan hentian (pause) sekadar memberikan kesempatan kepada pendengar untuk tertawa.4. Teknik humor a.l. Exaggeration –melebihkan sesuatu secara tidak proporsional. Misalnya, ungkapan “hujan lokal” bagi pembicara yang “menyemburkan” air liur; parodi –meniru gaya suatu karya serius (lagu, pepatah, puisi) dengan penambahan agar lucu, misalnya mengubah lirik lagu dengan kata-kata baru bernada humor; teknik belokan mendadak –membawa khalayak untuk meyakini bawa kita akan berbicara normal, namun tiba-tiba kita mengatakan sebaliknya atau tidak disangka-sangka pada akhir pembicaraan. Contoh: Saya mencintai seorang wanita, namun kami tidak bisa menikah karena keluarganya merasa keberatan. Saya tidak bisa apa-apa, karena keluarganya yang tidak setuju itu adalah suami dan anak-anaknya!; TV (baca: tivi) yang dibuat di Bandung dan bermerk “Parisj van Java” yaitu tipikir-pikir tidak ada.
EXTRA !!!‘PUBLIC SPEAKING’ ON RADIO
BERBICARA di radio (siaran) membutuhkan skill tersendiri. Kita tidak bisa melihat pendengar, demikian pula sebaliknya. “Pendengarmu tak tahu wajahmu… Pendengarmu tak tahu rumahmu… Suaramu pengenalmu,” demikian kata Bimbo dalam syair lagu “Balada Seorang Penyiar”.
Itulah sebabnya, radio disebut “Theatre of Mind”. Kita dan pendengar hanya bisa saling membayangkan sosok masing-masing.
Pembicara di radio, utamanya penyiar (announcer), memang unik: berbicara kepada audience yang tidak terlihat (invisible audience); tidak berbicara kepada siapa pun –yakni tidak ada lawan bicara secara fisik hadir di depan mata, namun pada saat yang sama ia berbicara kepada setiap orang, mungkin ribuan pendengar. (Simultaneously talking to no one - that is no one in your physical presence - and everyone, possible thousands of listeners). Oleh karena itu, berbicara di radio atau ketika siaran, lakukan dan miliki hal-hal berikut:
Visualize!Mau tidak mau, visualisasi (membayangkan pendengar) harus dilakukan ketika siaran. Kita harus mementuk “mental image” tentang pendengar. Caranya: “Bayangkan, kita sedang berbicara, ngobrol, dengan seorang pendengar yang sedang duduk di depan kita! Membayangkan adanya seorang pendengar di depan kita, akan membantu kita berkomunikasi secara alamiah, gaya ngobrol (conversational way)”.
“Bicara kepada satu orang” adalah prinsip dasar siaran radio atau berbicara di radio.
Smile!“Senyumlah! Meskipun kita tidak bisa melihat orangnya (yang jadi teman bicara)”. Kehangatan pembicaraan dapat dibangun dengan senyum. Senyim ketika berbicara (siaran) di radio, senilai dengan kontak mata (eye contact).
WawasanPenyiar harus berwawasan agar siarannya hidup, dinamis, berisi, dan tidak monoton. Kosakata, varietas kata, improvisasi, hanya bisa dilakukan oleh penyiar yang berwawasan luas. Karena itu, banyak baca, jadilah orang yang haus ilmu dan pengetahuan! Dijamin, jika Anda berwawasan luas, takkan kehabisan kata-kata untuk berbicara.
Sense of MusicRadio identik dengan musik, gudangnya lagu, dan pendengar umumnye menyetel radio untuk mendengarkan lagu favorit. Penyiar harus memiliki sense of music yang tinggi. Soalnya, tugas penyiar bukan hanya mutar lagu-lagu, tapi mesti paham juga tentang jenis musik, alat musik, dan artisnya.
Sense of HumorPenyiar juga harus humoris, punya bakat menghibur. Bakat itu diperlukan karena profesi penyiar radio dituntut mampu menghibur pendengar. Lagi pula, radio identik dengan hiburan (entertaintment).
Bahasa TuturSiaran harus menggunakan bahasa tutur, bahasa percakapan (conversational language), demikian juga naskah berita atau iklan.
Bahasa tutur yaitu bahasa yang dipakai dalam pergaulan sehari-hari yang mempunyai ciri khas: (a) kalimatnya sederhana, singkat, kurang lengkap, tidak banyak menggunakan kata penghubung; dan (b) menggunakan spoken words atau kata-kata yang lazim dipakai sehari-hari (bahasan lebih lengkap tentang Penyiar Profesional baca tulisan “Menjadi Penyiar Profesional” di weblog ini).
REFERENCE:- ASM. Romli, Lincah Menulis Pandai Bicara. Nuansa Bandung, 2003.- ASM. Romli, Broadcast Journalism: Panduan Menjadi Penyiar, Reporter, dan Scriptwriter. Nuansa Bandung, 2005.- Anne Fisher, “Secrets of Great Public Speaking”. www.money.cnn.com- “One-Liner for Speaker”. www.halife.com- “Public Speaking Glossary”, www.public-speaking.org-“Radio Announcement: Finding Your Best Voice,” The College of Communication The University of Texas, http://www.utexas.edu.*

1 komentar:

  1. Hadee lach!!
    Bisaan euy!!
    Tah kitu atuh!!
    SIng iNov4tif!!
    yuk Ach...
    Sukses nya!!!

    Salam KPI!

    BalasHapus

Ooy Barudax!! Kirim Kritik and Sarannya!!! demi kemajuan KPI!!!